selamat membaca semoga bermanfaat

Hikmah Gerhana

Hikmah Gerhana
Husuf  dan Khusuf biasa diartikan dengan gerhan, dimana peristiwa yang terjadi pada matahari dan bulan dimana peristiwa itu merupakan kejadian yang berbeda dari biasanya. Husuf kebanyakan digunakan untuk gerhana matahari, sementara khusuf sering digunakan untuk gerhana bualan.
Husuf menurut bahasa berubah menjadi hitam apabila dikatakan “kasafa al-Samsyu” matahari telah husuf yang berarti berubah menjadi hitam.Sementara Khusuf menurut bahasa pergi atau hilang, apabila dikatakan “khasafa al-Qamaru”  bulan itu telah khusuf yang berarti telah hilang cahayanya, sementara menurut pengertian syara ialah : terhalangnya sinar matahari atau hilangnya cahaya bulan disebabkan oleh beberapa sebab yang diciptakan Allah berkaitan dengan matahari dan  bulan  dan karena periode yang telah ditentukan dalam urusan waktu (manâru al-qârî  juz 2 hal 293)
Oleh karena itu dari peristiwa gerhana baik matahari atau bulan ada tiga hikmah yang  bisa kita ambil :
Pertama binâu al-Aqîdah: membina aqidah atau keyakinan hal ini sebagaimana hadits nabi yang menyatakan bahwa sesungguhnya matahari dan bulan merupakan dua tanda diantara tanda-tanda kekuasaan Allah, tidak akan terjadi gerhana karena mati atau meninggalnya seseorang, ini merupakan bantahan atas keyakinan kaum jahiliyah dimana terjadinya gerhana itu berkaitan dengan  peristiwa besar seperti meninggal atau lahirnya sesorang yang dianggap besar, atau seperti kayakinan agama shabiyah mengenai gerhana: “ Syamas adalah ruh kuasa matahari yang perkasa, ia selalu berpesiar naik kereta matahari dari’Aziah ke Erebantikan qamrah , penguasa bulan purnama lalu dipinangnya segera dan menghampirinya, sehingga dunia menjadi gelap gulita, maka sekallian ruh ruh pun menyalahkan zahran yang telah membuat gara-gara, kemudian syamas meninggalkan qamrah sehingga dunia menjadi terang kembali, atau adakalanya Qamrahlah yang mendatangi syamas sehingga terjadi gerhana bulan maka dewa atau ruh-ruh merasa khawatir kalau hamas dan Qamrah jadi menikah maka akan melahirkan anak sehingga melahirkan matahati dan bulan  kembar, oleh karena itu jika lahir anak maka dibunuhlah oleh zuhal dan waad (parasit Aqidah AD El Marzedek hal 152) , atau kepercayaan agama-agama terdahulu dimana gerhana itu diyakini akan adanya bulan yang dimakan oleh raksasa besar maka untuk megusirnya sehingga bulannnya tidak jadi dimakan yaitu dengan cara memukul apa saja  yang berbuinyi seperti kaleng dan lain lain, dan masih banyak lagi kepercayaan-kepercayaan yang tidak berdasar, maupun yang hanya menganggap bahwa gerhana itu tak lebih hanya sekedar fenomena alam semata maka nabi meluruskan dan membimbing kita bahwa gerhana itu merupakan kekuasaan Allah dan ketika terjadi kita harus melakukan ibadah sebagaimaa yang diperintahkan.
Kedua Binâu al-‘ibâdah (membina ibadah) hal ini di perintahkan Nabi ketika terjadi gerhana bukan hanya melihat atau memantau saja tapi kita disuruh bertakbir dengan kalimat takbir yang biasa kita kumandangkan setiap kali ada idul fitri atau iedul adha oleh karena itu sebagian orang yang tidak mengerti ketika takbir gerhana dianggap sebagai lebaran. Kemudian kita disuruh untuk shalat gerhana dua rakaat dengan caranya sama seperti shalat biasa Cuma ketika ruku tidak langsung sujud tetapi kembali bangkit membaca fatihah dan surat lagi. Prakteknya seperti ini .
1.Rakaat pertama takbiratul ihram, doa iftitah, membaca al-fatihah, membaca surah, kemudian ruku  bangkit dari ruku membaca fatihah dan surah lagi kemudian ruku lalu sujud.
2.Rakat kedua bangkit dari sujud mambaca fatihah, membaca surah lalu ruku bangkit dari ruku membaca fatihah dan surah kemudian sujud dan tahiyat lalu salam.
Untuk bacaan faihah dan surah imam membacanya dikeraskan.

Ketiga, Binâu Mu’âmalah, hal ini disampaikan Nabi bahwa ketika terjadi gerhana kita diperintahkan untuk bershadaqah, dimana kita mengeluarkan sebagian dari harta kita untuk diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan atau untuk digunakan sebagai alat untuk berdakwah.
Hal diatas ini disampaikan beradasarkan hadits Nabi “
حَدَّثَنَا شِهَابُ بْنُ عَبَّادٍ، قَالَ: حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ حُمَيْدٍ، عَنْ إِسْمَاعِيلَ، عَنْ قَيْسٍ، قَالَ: سَمِعْتُ أَبَا مَسْعُودٍ، يَقُولُ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: «إِنَّ الشَّمْسَ وَالقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ مِنَ النَّاسِ، وَلَكِنَّهُمَا آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ، فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا، فَقُومُوا، فَصَلُّوا» (البخاري)
Semoga bermanfaat.

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Hikmah Gerhana"

Posting Komentar

Lazada Malaysia